Senin, 28 Maret 2011

Hadiah di Bulan Rabi’ul dari Pewaris Nabi (Al ‘Allamah Al Hafidz Al Habib Umar bin Hafidz)


Al Murobbi

Allahumma Sholli wasallim 'ala Sayyidina Muhammadin nashirilmanshur, Sholatan tanshurunaa biha bima nashorta bihirrusuli, wa tahfazunaa biha bima hafizhta bihadzdzikri, Wa 'Ala Alihi wa Shohbihi.

'Adadama 'alimta wa zinata ma 'alimta wa mil a ma 'alimta, wa 'ala jami'al anbiya wal mursalina, kullama dzakaroka wa dzakarohudz dzikruna, wa ghofala 'andzikrika wa dzakirihi al ghofiluun. (1x)

*) Fabijaa hihi sholla Allahu 'alaihi wa sallama nastanshurullah, nastahfazhuhu nastauda'uhu (7x)

Ya Allah limpahkanlah Shalawat & Salam atas Sayyidina Muhammad saw, Nabi yang membela dan dibela. Shalawat yang akan membela kami, seperti pembelaanMu terhadap para Rasul. Shalawat yang menjaga kami, seperti penjagaanMu terhadap dzikirMu. Juga Shalawat atas Keluarga dan Para Sahabat Nabi, Sebanyak apa-apa yang Engkau ketahui, perhiasan yang engkau ketahui, dan memenuhi segala hal yang Engkau ketahui. Juga atas sekalian Para Nabi dan Rasul, setiap disebut dzikirMu dan dzikirnya orang-orang yang berdzikir, dan setiap lalainya dari dzikirMu & dzikirnya orang-orang yang lalai berdzikir. (1x)

* (Maka dengan kemuliaan Nabi Muhammad saw, kami memohon pertolongan Allah, dan kami meminta Penjagaan serta PemeliharaanNya) 7x


"PELAN,HALUS,DAN TANPA DISADARI"


Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, “Saya punya permainan…

Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur.!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!”

Murid-munidnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus !” , jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”.

Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tantu saja munid-munid kerepotan dan kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka bisa beradaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permainan berhenti Sang guru tersenyum kepada murid-munidnya.

“Anak-anak, begituah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dan yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita menenima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat pun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik nilai”.

“Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan, berjilbab tapi telanjang jadi mode, materialistis dan permissive kini menjadi suatu gaya hidup pilihan,dan lain lain.”

“Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadani, kallan sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya bu Guru kepada murid-munidnya. “Paham buu…”

“Baik permainan kedua…”

Begitu Bu Guru melanjutkan. “Bu Guru punya Quran, Ibu letakkan di tengah karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah tanpa menginjak karpet?”

Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat, dan lain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya, dan ambil Qur’annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.

“Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. . Musuh-musuh islam tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. .

Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Preman pun tak akan rela kalau
Islam dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar.”

“Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan” .

“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi I a akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dan perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain, sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yg mereka… Dan

itulah yang mereka inginkan.”

“Ini semua adalah fenomena Perang Pemikiran (Ghazwu al-Fikr). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kalian… Paham ànak-anak?” “Paham buu"

“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?” tanya mereka.

“Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.”

“Begitulah Islam… Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar.”

Paham anak-anak?” “Paham Buu..”

“Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang…”

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.


kasih sayang Illahi


Kalam Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz


Ada suatu kisah tentang seorang laki-laki yang sering berbuat dosa dari Bani Israel. Suatu hari, pada salah satu perjalanannya, tak disangka-sangka bertemu dengan seorang ahli ibadah di padang pasir. Ia melihat orang ahli ibadah ini berbaring pada pinggangnya diatas tanah. Lalu ia melihat padanya dan menyadari bahwa orang ini berbaring pada bahunya karena dia kehausan. Kemudian ia bilang pada dirinya sendiri,


“Apa yang harus saya lakukan?. Apakah sebaiknya aku memberinya air?. Jika aku meneruskan perjalanan di padang pasir dan aku kehabisan air, maka aku akan mati. Apakah aku akan membiarkan orang ini menerima nasibnya (mati)?”


Dia berpikir bahwa jika dia membiarkan orang tadi menerima nasibnya, maka Allah tidak akan memaafkannya karena ia seorang yang sering berbuat dosa. Dia mendekati orang itu dan memberikan kepadanya sebagian airnya yang tadinya ia sangat inginkan. Orang tersebut lalu meminum air itu dan kemudian tenaganya pulih sehingga bisa duduk. Dia lalu meneruskan perjalanan kembali.


Pada hari akhir nanti, orang yang berdosa itu akan datang dan para malaikat penyiksa akan menyeretnya dan melemparkannya ke api neraka. Ketika mereka menyeretnya menuju api neraka, dia melihat orang yang ahli ibadah itu dan berkata,


“Apakah kau ingat denganku?. Aku orang laki-laki yang pernah memberimu air saat kau kehausan di padang pasir dan hampir saja mati?”


Orang yang ahli ibadah itu kemudian menghadap kepada Allah dan berkata,


“Ya Allah, orang ini dulu pernah lebih mencintaiku daripada dirinya sendiri, maka biarkan aku menjadi perantara buatnya.”


Allah Ta’ala berkata kepadanya,

“Silakan menjadi perantara buat dirinya.”

Lalu orang itu menjadi perantara buatnya. Allah berkata kepadanya,

“Raihlah dia dengan tanganmu dan bawalah ia ke surga bersamamu.”

Jadi, ini adalah faedah dari kecintaan Allah kepada salah seorang hambaNya untuk seseorang yang berbuat baik pada dirinya di masa hidupnya.


Minggu, 27 Maret 2011

Dzikir Subhanallah


Assalamu'alaikum..

Dari Ummul mu'minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. keluar dari rumahnya pada pagi hari ketika bersembahyang Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di dalam masjidnya. Kemudian beliau s.a.w. kembali setelah melakukan shalat Dhuha, sedangkan Juwairiyah duduk. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Engkau masih tetap dalam keadaan di waktu tadi saya tinggalkan." Juwairiyah menjawab: "Ya." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Saya telah mengucapkan setelah meninggalkan engkau tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata kalimat-kalimat itu ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan sejak hari ini tadi, niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu menang daripada yang engkau ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah: "Subhanallah wa bihamdihi 'adada khalqihi wa ridba nafsihi wa zinata 'arsyihi wa midada kaiimatibi - Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai dengan keridhaan ZatNya, seberat timbangan 'arasyNya dan sepanjang beberapa kalimatNya." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: Subhanallah 'adada khalqihi. Subhanalfah ridha nafsihi. Subhanallah zinata 'arsyihi. Subbanallah midada kalimatihi."

Dalam riwayat Imam Termidzi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau suka kalau saya ajari beberapa kalimat yang baik engkau membacanya, yaitu: Subhanallah 'adada khalqihi, tiga kali; Subhanallah ridha nafsihi, tiga kali; Subhanatlah zinata 'arsyihi, tiga kali; Subhanallah midada kalimatihi, tiga kali."

Wassalam.


Kisah Barirah Rha


Assalamu'alaikum.

Orang yang paling indah budi pekertinya, nabiyyuna Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallam diundang makan oleh seorang wanita, budak afrika yang bernama Barirah Ra. Barirah sangat ingin mengundang Rasulullah tetapi tidak pernah berani mengundangnya, karena tidak mempunyai hidangan yang semestinya untuk menyambut Rasulullah, dia termasuk fuqara' yang tidak memiliki apa-apa.

Maka suatu hari ia mendapatkan shadaqah berupa syurbah lahmiyyah (bubur daging) yang mana merupakan makanan golongan menengah ke atas di masa itu, dan orang seperti Barirah dalam hidupnya belum pernah mencicipi makanan itu, maka ia disedekahi makanan itu dan sebelum ia mencicipinya ia teringat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan ingin mengundang Rasulullah karena ia mempunyai makanan itu, ia pun mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Rasulullah jika diundang oleh fuqara' beliau cepat datang, demikian indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasul datang ke rumah Barirah Ra, dan Barirah pun langsung menghidangkan syurbah lahmiyyah itu,

Dan ketika Rasulullah akan menyentuhnya, seorang sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, ini adalah makanan shadaqah yang diberikan kepada Barirah, sedangkan engkau diharamkan memakan shadaqah wahai Rasulullah", maka menunduk malu lah Barirah dan meneteskan air mata, hancur perasaannya karena dia tidak ingat bahwa Rasulullah tidak boleh memakan makanan shadaqah, maka ia menangis malu karena telah menghidangkan makanan yang diharamakan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Namun Rasulullah adalah orang yang paling baik dan paling santun, maka beliau berkata: "makanan ini adalah shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, dan Barirah tidak menshadaqahkannya kepadaku tetapi memberikannya kepadaku sebagai hadiah, maka aku boleh memakannya". Rasul pun mengambilnya kemudian memakannya, maka tersenyum cerahlah wajah Barirah Ra. Demikian indahnya akhlak sayyidina Muhammad shallahu 'alaihi wasallam.

Wassalam.


Saya BAHAGIA


Banyak orang berkata, bahwa bila ia mendapatkan seseorang yang sempurna, berkecukupan dan diridhoi oleh semua orang pasti ia akan bahagia…

Setujukah Anda, bahwa bila yang kita miliki sudah sempurna dan cukup bahkan diridhoi… itu akan membuat kita bahagia?

Dan hal itu bukan sekedar berandai-andai karena ALHAMDULILLAH kita telah memilikinya… seperti yang telah diwahyukan kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw…

“Pada hari ini telah KU-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah KU-cukupkan kepadamu nikmat-KU, dan telah KU-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Sr AL Maa`idah 5: 3)

Bisa dibayangkan saat surat tersebut turun di haji wada`…
Beliau saw pasti merasakan kesedihan yang mendalam.... para sahabat pun merasakan semua bulu meremang, dan mata berlinang... semua menyadari bahwa ajaran telah sempurna diberikan...
maka artinya saat-saat perpisahan Nabi saw dengan umat yang dicintainya, antara para sahabat dengan dengan Nabi saw yang sangat dicintai akan terjadi dalam waktu yang sudah dekat...
dibalik kesempurnaan, kecukupan dan ridho ALLAH atas agama Islam telah sempurna... semua sedih... semua berduka...

Kini... kita telah menjadi umat beliau, tidak ada diperlukan ajaran tambahan lagi... semua telah sempurna, cukup dan diridhoiNYA...
Maka bisakah kita katakan... `Saya bahagia di dalam ISLAM?`
Bukan hanya sekedar mengatakan, bahwa kita bahagia dengan materi yang kita miliki, istri/suami yang kita miliki, anak yang kita miliki... dsb...

Mari sama-sama belajar tuk menikmati keindahan Islam sebagaimana Kanjeng Nabi saw mengajarkan keindahan berumahtangga, bertetangga, bernegara... juga menikmati keindahan sholat, sedekah, berpuasa dan ibadah lainnya...

Barokallah... Barokallah...

Allahumma shalli `ala sayyidina wa maulana Muhammad wa`ala ali sayyidina wa maulana Muhammad....

NB: Bila ada kebaikan dalam tulisan ini, sebarkanlah... bila ada kealpaan maka semoga ALLAH mengampuni saya...


Kisah Abu Thalhah al Anshari Ra


Assalamu'alaikum.

Ketika turun terguran dari Allah subhanahu wata'ala untuk orang-orang yang mampu tetapi tidak mempedulikan keluarga dan kerabatnya. Para sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: " Wahai Rasulullah, Abu Thalhah Al Anshari itu adalah orang yang paling kaya di kalangan kaum Anshar, tetapi banyak para kerabatnya yang tidak ia perhatikan", di saat itu Rasulullah hanya diam menunggu waktu yang tepat, sampai turunlah ayat

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ ( آل عمران : 92 )

" Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan dari apa apa dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya " ( QS. Ali Imran : 92 )

Maka ketika ayat ini turun, datanglah Abu Thalhah kepada Rasulullah dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku mempunyai kebun Bairuha dan aku infakkan untuk Allah subhanahu wata'ala, karena ini adalah harta yang paling aku cintai". Bairuha adalah suatu perkebunan besar yang indah untuk tempat tamasya dekat dengan masjid nabawy, Rasulullah sering beristirahat dan berteduh disitu didalamanya terdapat pohon-pohon rindang, danau dan air, suasananya sejuk. Maka Rasulullah berkata: "Sungguh bairuha ini adalah harta yang sangat mahal wahai Abu Thalhah", maka Abu Thalhah menjawab: "betul wahai Rasulullah, karena telah turun ayat" :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ ( آل عمران : 92 )

Rasulullah tau bahwa Abu Thalhah ini adalah orang yang banyak lupa terhadap para kerabatnya yang tidak mampu padahal dia kaya, maka Rasulullah berkata: "Aku terima kebun ini wahai Abu Thalhah untuk Allah subhanahu wata'ala, dan kusedekahkan karena Allah subhanahu wata'ala, bisakah engkau membantuku untuk membagi-bagikannya kepada orang-orang yang tidak mampu wahai Abu Thalhah?", Abu Thalhah berkata: "baik Rasulullah, aku akan membagikannya kepada orang-orang yang engkau tunjuk", Rasulullah berkata: "para keluarga dan kerabatmu", menangislah Abu Thalhah dan berkata: "wahai Rasulullah, engkau lebih memperhatikan terhadap saudara-saudaraku dibandingkan aku padahal mereka adalah para kerabat dan keluargaku sendiri", demikianlah indahnya budi pekerti nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Wassalam.


Sekelumit Tentang Mu'jizat Rasul Saw


Assalamu'alaikum.

Diriwayatkan oleh sayyidina Alqamah bahwa suatu waktu beliau dan para sahabat kehausan, maka Rasulullah meminta sebuah tempat yang berisi sedikit air kemudian beliau menaruhkan tangannya di tempat itu dan terlihatlah air mengalir dari jari-jari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau berkata: "Kemarilah yang ingin mendapatkan keberkahan yang suci dari Allah subhanahu wata'ala". Dan para sahabat pernah mendengar makanan bertasbih saat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menyentuhnya.

Allah memancarkannya dari jari-jari sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menjelaskan bahwa barakah itu dari Allah bukan dari makhluk, namun Allah munculkan melalui makhluk, mungkin melalui awan atau dari dalam tanah dan yang lainnya.

Demikian indahnya nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sehingga makanan yang disentuh oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam terdengar suara dzikirnya oleh para sahabat. Seluruh makhluk berdzikir kepada Allah, tetapi ketika mereka disentuh oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka Allah perdengarkan gema tasbih mereka kepada para sahabat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya dan tidak pernah mencela orang lain walaupun orang itu berdosa.

Ketika salah seorang dusun yang mabuk karena minuman keras maka ia diberi hukuman, namun setelah itu dia mabuk lagi dan begitu seterusnya, maka para sahabat berkata: "Laknat Allah untukmu!", maka Rasulullah berkata: "Janganlah kalian melaknatnya, sungguh aku tau bahwa ia mencintai Allah dan Rasul-Nya".

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan bahwa cinta kepada Allah dan Rasulullah itu ada tingkatan derajatnya, walaupun seseorang itu adalah orang yang banyak berbuat dosa namun cinta kepada Allah dan Rasulullah tidak bisa terhapus oleh dosa.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah makhluk yang paling indah dari semua ciptaan Allah subhanahu wata'ala. dalam riwayat lain adalah sayyidina Anas bin Malik yang berkata:

مَا مَسَسْتُ حَرِيْرًا وَلَا دِيْبَاجًا أَلْيَنُ مِنْ كَفِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا شَمِمْتُ رِيحًا قَطُّ أَوْ عَرْفًا قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رِيحِ أَوْ عَرْفِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Aku tidak pernah menyentuh sutera dan pakaian sutera yg lebih lembut dari telapak tangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku tidak pernah mencium bau yg lebih harum daripada bau Nabi shallallahu 'alaihi wasallam"

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari jika beliau shallallahu 'alaihi wasallam lewat maka para sahabat berdiri dan meraih tangan beliau dan mengusapkannya ke wajah mereka. Demikian perbuatan para sahabat.

Wassalam.


Bulan Terbelah.


Assalamu'alaikum.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ ﴿القمر : ٢﴾ Al-Qamar : 2

"Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".

Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah. Orang2 musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan meng-olok2)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!"

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.

Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali..."
Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar).

Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar).

Wallahu 'alam bisshowab.
Wassalam.


Semangkuk Susu Untuk Ahlusshuffah.


Assalamu'alaikum.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. : demi Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, (terkadang) aku tidur di atas tanah dengan perut lapar dan (terkadang) aku ikatkan sebuah batu ke perutku untuk menahan lapar. Suatu hari aku duduk di jalan yang biasa dilalui mereka (Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya). Ketika Abu Bakar lewat aku memintanya membacakan untukku sebuah ayat alquran dan aku memintanya hanya dengan maksud barangkali ia dapat menghilangkan rasa laparku, tetapi ia lewat begitu saja.

Kemudian Umar lewat didepanku dan aku memintanya membacakan untukku sebuah ayat dari kitab Allah dan aku memintanya hanya dengan maksud barangkali ia dapat menghilangkan rasa laparku, tetapi ia lewat begitu saja.

Akhirnya Abul Qasim (Nabi Muhammad Saw) lewat dan ia tersenyum ketika melihatku karena ia tahu maksudku hanya dengan melihat wajahku. Nabi Muhammad Saw bersabda, “wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda kepadaku, “ikuti aku”. Nabi Muhammad Saw pergi dan aku berjalan dibelakangnya, mengikutinya.

Kemudian Nabi Muhammad Saw masuk kedalam rumahnya dan aku meminta izin masuk kerumahnya dan diizinkan. Nabi Muhammad Saw melihat semangkuk susu dan berkata, “darimana ini?” mereka berkata, “itu hadiah dari si fulan untukmu”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “panggillah orang-orang shuffah”

Orang-orang shuffah adalah tamu-tamu islam yang tidak memiliki keluarga, uang atau seseorang yang dapat mereka mintai pertolongan dan setiap kali objek sedekah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi Muhammad Saw akan memberikannya kepada mereka sedangkan Nabi Muhammad Saw sendiri sama sekali tidak menyentuhnya. Dan setiap kali hadiah apapun diberikan kepada Nabi Muhammad Saw , Nabi Muhammad Saw akan memberikannya sebagian untuk mereka dan sebagian untuk diri Nabi Muhammad Saw.

Perintah Nabi Muhammad Saw itu membuatku kecewa dan aku berkata kepada diriku sendiri, “bagaimana mungkin susu semangkuk cukup untuk orang-orang shuffah?” menurutku susu itu hanya cukup untuk diriku sendiri. Nabi Muhammad Saw menyuruhku memberikan susu itu kepada mereka. Aku akan takjub seandainya masih ada sisa untukku. Tetapi bagaimanapun aku harus taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka aku pergi menermui orang-orang shuffah itu dan memanggil mereka.

Mereka pun berdatangan dan meminta izin masuk kedalam rumah. Nabi Muhammad Saw memberi mereka izin. Mereka duduk didalam rumah itu. Nabi Muhammad Saw bersabda, “wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “bawalah susu ini dan berikan kepada mereka”. Maka aku membawa semangkuk susu itu kepada mereka satu persatu dan setiap mereka mengembalikannya kepadaku setelah meminumnya, mangkuk susu itu tetap penuh.

Setelah mereka semua selesai minum dari mangkuk susu itu aku memberikannya kepada Nabi Muhammad Saw yang memegang mangkuk itu seraya tersenyum jenaka dan berkata kepadaku, “wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “masih cukup untuk engkau dan aku”, aku berkata, “engkau berkata benar ya Rasulullah!” Nabi Muhammad Saw bersabda, “duduklah dan minumlah” aku duduk dan meminumnya. Nabi Muhammad Saw berkali-kali memintaku untuk meminumnya hingga aku berkata, “tidak, demi Zat yang mengurusmu sebagai pembawa kebenaran, perutku sudah sangat kenyang”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “berikan kepadaku”. Ketika kuberikan mangkuk itu kepadanya, Nabi Muhammad Saw memuji dan menyebut nama Allah dan meminum sisa susu itu. (HR Bukhari)

Allahu a'lam
Wassalam.


Siroojan Muniroo.


Asssalamu'alaikum.

Allah Swt berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿الأنبياء : ١۰٧﴾ Al Anbiyaa : 107
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Allah Swt yang Maha membangkitkan ke alam penyeru ke jalan keluhuran, yang seruan sang Nabi ini dilangsungkan dan diteruskan dari zaman-kezaman dari generasi ke generasi cahaya hidayah dilangsungkan oleh Allah dari jiwa mulia menuju jiwa mulia, menerangi hati si fulan menularkan cahayanya kepada jiwa lainnya, demikian rahasia kemuliaan kebangkitan (yaitu) sayyidina Muhammad SAW wabarik ‘alaih.

Kemuliaan dari satu jiwa yang dipenuhi hikmah Ilahi, dipenuhi cahaya kemuliaan al-Qur’anul karim, lantas disampaikan kepada jiwa-jiwa suci Muhajirin dan Anshor, mereka menerima kemuliaan cahaya risalah dan bimbingan-bimbingan sang Nabi, mereka menerima budi pekerti terindah, menyaksikan makhluk yang paling indah, menyaksikan budi pekerti yang paling indah, menyaksikan akhlak yang paling suci, sehingga mereka tenggelam meninggalkan seluruh idolanya, mereka tidak mengenal idola yang lain, selain Nabiyyuna Muhammad SAW, mereka lupa dengan semua yang mereka cintai, mereka asyik kepada manusia yang paling lembut dan berkasih sayang, manusia yang paling banyak tersenyum, manusia yang paling ramah, SAW wabarik ‘alaih.

Sehingga Allah memuji sang Nabi dalam Firman-Nya: “ Waman ahsana qoulan mimman da’aa ila Allah wa ‘amila sholihan wa qoola innanii minal muslimiin” “Adakah ucapan yang lebih indah kata Allah selain ucapan orang yang menyeru kejalan Allah dan kepada amal sholeh dan berkata sungguh aku adalah orang yang muslim”

Maka jatuhlah memahaman kita sedemikian banyak para penyeru kejalan Allah dan kepada amal yang sholeh, akan tetapi pemimpin mereka semua Sayyidina Muhammad SAW. Pemimpin penyeru kejalan Allah.
“ Innaa arsalnaaka syahidan wa mubasyiron wa nadziron wa daa’iyan ila Allah bi idznihi wa siroojan muniroo” Pelita yang terang benderang adalah gelar dari Allah, untuk Nabi-Nya Muhammad SAW.

Alangkah indahnya gelar ini digelari oleh Allah “Siroojan muniroo” pelita yang terang benderang, yang para sahabat ketika dalam keadaan sedih maka mereka mencari-cara untuk sampai menghadap sang Nabi sehingga hilang kesedihannya ketika memandang wajah manusia yang paling ramah, manusia yang paling tidak ingin menngecewakan orang lain, (adalah wajah) Muhammad Rasululah SAW.

(Habib Munzir al Musawa)

Wassalam.


Kisah 'Ukasyah bin Muhshin Ra


Di naqol daripada Kitab Durrotun Nashihin,

Diriwayatkan bahwa surah AI-Maidah ayat 3 diturunkan pada waktu sesudah ashar yaitu pada hari Jumat di padang Arafah pada musim haji terakhir [Wada].

Pada masa itu Rasulullah s.a.w. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah s.a.w. tidak begitu jelas menangkap isi dan maknayang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan.*

Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apayang diperintahkan oleh Allah s.w.t.dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu."

Setelah itu Malaikat Jibril a.s. pergi, maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah s.a.w. pun menceritakan apayang telah diberitahu oleh malaikat Jibril a.s. Ketika para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempuna."

Namun ketika Abu Bakar r.a. mendengar keterangan Rasulullah s.a.w. itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis dengan kuat. AbuBakar ra. menangis dari pagi hingga malam.

Kisah tentang Abu Bakar r.a. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar r.a. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah sempurna." Mendengarkan pertanyaandari para sahabat maka Abu Bakar r.a. pun berkata: "Wahai para sahabatku, kalian semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kalian tahu bahawa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna menunjukkan bahwa perpisahan kita dengan Rasulullah s.a.w telah dekat. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda."

Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar r.a. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar r.a., lalu mereka menangis. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus beritahu Rasulullah s.a.w. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat: "Ya Rasulullah s.a.w., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar r.a. dan kami mendapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di hadapan rumah beliau." Ketika Rasulullah s.a.w. mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah s.a.w. dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar r.a..

Sesampainya Rasulullah s.a.w. sampai di rumah Abu Bakar r.a. maka Rasulullah s.a.w. melihat para sahabatnya sedang menangis dan bertanya: "Wahai para sahabatku, mengapa kamu semua menangis?." Kemudian Ali r.a. berkata: "Ya Rasulullah s.a.w., AbuBakar r.a. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Benarkah ini ya Rasulullah?." Lalu Rasulullah s.a.w. berkata: "Semuayang dikatakan oleh Abu Bakar r.a. adalah benar, dan sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat."

Abu Bakar r.a. mendengar pengakuan Rasulullah s.a.w., maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan, sementara Ali r.a. pula gemetar seluruh tubuhnya. Dan para sahabatyang lain menangis dengan sekuat-kuatnya yang mereka mampu.

Pada saat sudah dekat ajal Rasulullah s.a.w., beliau menyuruh Bilal azan untuk mengerjakan shalat, lalu berkumpul para Muhajirin dan Anshar di masjid Rasulullah s.a.w.. Kemudian Rasulullah s.a.w. menunaikan shalat dua raka'at bersama semuayang hadir. Setelah selesai mengerjakan shalat beliau bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata: "Allhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorangnabi yang diutus dan mengajak orang kepada jalan Allah dengan izinnya. Dan saya ini adalah sebagai saudara kandung kalian, yang kasih sayang pada kalian semua seperti seorang ayah. Oleh karena itu kalau ada yang mempunyai hak untuk menuntutku, maka hendaklah ia bangun dan balaslah saya sebelum saya dituntut di hari kiamat."

Rasulullah s.a.w. berkata demikian sebanyak 3 kali kemudian bangunlah seorang lelaki yang bernama 'Ukasyah bin Muhshin dan berkata: "Demi ayahku dan ibuku ya Rasulullah s.a.w, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah tentu saya tidak mau melakukan hal ini." Lalu 'Ukasyah berkata lagi: "Sesungguhnya dalam Perang Badar saya bersamamu ya Rasulullah, padamasa itu saya mengikuti unta anda dari belakang, setelah dekat saya pun turun menghampiri anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha anda, tetapi anda telah mengambil tongkat dan memukul unta anda untuk berjalan cepat,yang mana pada masa itu saya pun anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya ingin tahu sama anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta tersebut."
Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah s.a.w. sengaja memukul kamu." [Rasulullah SAW melakukan pemukulan tersebut karena beliau tidak ingin dikultuskan oleh manusia termasuk sahabatnya itu. pen] Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal r.a.: "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata: "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash]."

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah r.a. menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Lalu Bilal r.a. berkata: ]"Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. untuk mengambil tongkat beliau." Kemudian Fatimah r.a. berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal r.a.: "Wahai Fatimah, Rasulullah s.a.w. telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fatimah. r.a. lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah s.a.w.?." Bilal r.a. tidak menjawab pertanyaan Fatimah r.a., segeralah Fatimah r.a. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah S.A.W.

Setelah Rasulullah S.A.W. menerima tongkat tersebut dari Bilal r.a. maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah. Bilal masuk sambil membawa cambuk dan memberikannya kepada Rasulullah saw. Setelah itu, Bilal kembali ke tempat duduknya sambil menatap tajam Ukasyah bin Muhsin. Namun, yang ditatap tetap tampak tenang dan tetap bergeming oleh kegelisahan di sekelilingnya. Orang seperti apakah Ukasyah ini? Bagaimana ia bisa sampai hati menuntut Rasul saw. untuk menerima cambukannya? Bukankah Ukasyah juga tahu bahwa beliau saw. tidak sengaja? Bukankah Ukasyah juga tahu bahwa memaafkan itu jauh lebih mulia? Bukankah Ukasyah juga melihat bahwa Rasulullah saw. saat itu sudah berusia enam puluh tiga tahun? Bukankah keimanan Ukasyah kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pejuang Badar sudah tidak diragukan lagi? Kenapa bisa begini ya, Ukasyah? Kenapa? dipenuhi pikiran seperti itu, para sahabat Anshar dan Muhajirin menatap bolak-balik antara Rasulullah saw. dan Ukasyah dengan perasaan tegang. Ketegangan itu berubah menjadi keheningan yang mencekam ketika Rasulullah saw. memberikan cambuknya kepada Ukasyah. Begitu tangan Ukasyah bin Muhsin meraih cambuk dan menguraikannya dengan tenang dan perlahan, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab berdiri serempak. Sorot mata keduanya yang biasa tenang kini menyala seperti sedang berhadapan dengan musuh di medan tempur. Mereka berdua berkata, "Hai Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu! Pukul dan qisaslah kami berdua sepuasmu dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah saw.!" Suasana jadi mencekam sejenak karena Ukasyah tampak tidak mempedulikan mereka. Sementara Abu Bakar dan Umar tetap berdiri menantang. Namun, dengan lembut, Rasulullah saw. berkata kepada kedua sahabat terkasihnya itu, "Duduklah kalian berdua. Allah telah mengetahui kedudukan kalian." Hanya karena Rasulullah saw yang berkatalah, maka Abu Bakar dan Umar duduk. Namun, mata mereka tetap menatap Ukasyah. Tiba-tiba, seseorang kemudian berdiri pula dan kembali menatap Ukasyah dengan pandangan menantang. Orang ini juga sangat dikasihi Rasulullah saw, lelaki gagah itu adalah Ali bin Abi Thalib yang langsung berkata, "Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Nabi saw. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan qisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka qisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku semaumu dengan tangan engkau sendiri!" Namun, Ukasyah seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Ali r.a. Tangannya terlihat semakin erat menggenggam cambuk. Setelah Ali berkata begitu, Rasulullah saw. cepat-cepat menukasnya dan meminta Ali kembali duduk, "Allah Swt. telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!"

Setelah itu cucu Rasulullah Hasan dan Husin bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah s.a.w., kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah s.a.w." Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah s.a.w. pun berkata: "Wahai buah hatiku, duduklah kalian berdua." Berkata Rasulullah s.a.w. "Wahai 'Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul." Kemudian 'Ukasyah berkata: "Ya Rasulullah s.a.w., anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju." Maka Rasulullah s.a.w. pun membuka baju, terlihatlah kulit baginda yang putih dan halus maka menangislah semua yang hadir.

seketika 'Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah s.a.w. maka ia pun mencium beliau dan berkata; "Saya tebus anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah s.a.w. siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini karena saya hendak menyentuh badan anda yang dimuliakan oleh Allah s.w.t dengan badan saya. Dan Allah s.w.t. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu." Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata: "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya."

Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata: "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah s.a.w. di dalam syurga."


Allahumma Fasholli wasallim wa baarik wakarim 'alaa sayyidina Muhammadin Wa 'alaa ali sayyidina Muhammad..

Wallahu A'lam Bishshowab


Rasulullah Saw dan Keluarga


Untuk memperingati Mawlid Nabi Saw Tahun 1432 H, ada baiknya qt mengenal Rasulullah Saw dan Keluarga, bagaimana qt bisa cinta kalau qt tdk mengenal :

Nama Beliau Sayyidina Habibullah Abul Qasim Muhammad Rasulullah Saw bin Sayyidina Abdullah bin Sayyidina Abdul Muthalib bin Sayyidina Hasyim bin Sayyidina Abdu Manaf anak keturunan Nabib Ismail bin Nabi Ibrahim

Ibu Beliau adalah wanita suci Sayyidatina Aminah az-Zuhriyah binti Sayyidina Wahab.



Paman-Paman Beliau : Sayyidina Abu Thalib, Sayyidina Hamzah dgn gelar Pemimpin Para Syuhada dan Sayyidina Abbas.



Bibi Beliau : Sayyidah Shofiyah.



Ibu Susu Beliau : Sayyidah Halimah as-Sa'diyah.



Istri-Istri Beliau adalah wanita-wanita suci :

1. Sayyidatina Ummul Mu'minin Khadijah al-Kubra.

2. Sayyidatina Ummul Mu'minin Aisyah ar-Ridha ash- Shiddiqah, istri Nabi yang paling cerdas lg FAQIH.

3. Sayyidatina Ummul Mu'minin Saudah binti Zama'ah.

4. Sayyidatina Ummul Mu'minin Hafshah.

5. Sayyidatina Ummul Mu'minin Ummu Salamah.

6. Sayyidatina Ummul Mu'minin Zainab binti Khuzaimah dgn gelar Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin).

7. Sayyidatina Ummul Mu'minin Zainab binti Jahsyin.

8. Sayyidatina Ummul Mu'minin Juwairiyah binti Harits.

9. Sayyidatina Ummul Mu'minin Shafiyah binti Huyay, Wanita keturunan Nabi Harun a.s.

10. Sayyidatina Ummul Mu'minin Ummu Habibah binti Abu Sofyan.

11. Sayyidatina Ummul Mu'minin Maimunah al-Hilaliyah.

12. Sayyidatina Ummul Mu'minin Ummu Ibrahim Mariyah al-Qibthiyah, asal Mesir.



Anak-anak Beliau :

1. Sayyidina Qasim.

2. Sayyidina Abdullah

3. Sayyidatina Zainab.

4. Sayyidatina Ruqayyah

5. Sayyidatina Ummu Kultsum.

6. Sayyidatin-Nisa Ahlil Jannah Sayyidah Fathimah az-Zahra.

7. Sayyidina Ibrohim.

(1 - 6 adalah dari Sayyidatina Khadijah al-Kubro, yg nmr 7 dari Sayyidatina Mariyah Qibthiyah.



Cucu - Cucu Rasulullah Saw :

1. Sayyidina Hasan bin Sayyidatina Fathimah (Datuk Moyang semua fam al-Hasani).

2. Sayyidina Husin bin Sayyidatina Fathimah (Datuk Semua fam al-Husaini).

3. Sayyidina Muhsin bin Sayyidah Fathimah (wafat sewaktu kecil).

4. Sayyidatina Ummu Kultsum binti Sayyidah Fathimah (istri Khalifah Umar al-Faquq).

5. Sayyidatina Zainab binti Sayyidatina Fathimah (istri Sayyidina Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib---menurut riwayat dari Beliaulah keturunan Bani Ja'far bin Abu Thalib)

6. Sayyidah Ruqayyah binti Sayyidah Fathimah (wafat sebelum usia baligh).

7. Sayyidatina Umamah binti Sayyidatina Zainab.

8. Sayyidina Abdullah bin Sayyidah Ruqayyah binti Rasulullah Saw (wafat sewaktu masih kecil).



Semoga qt berada di bawah panji Rasulullah dan Keluarga Beliau. Amin



Alangkah bagusnya kita hapal nama-nama mereka, insya Allah berkah...amin


Pahala MLM


dalam kehidupan kita mengenal istilah MLM (Multi Level Marketing)...
dalam bisnis tersebut pihak yang pertama kali melakukan bisnis akan dapat imbalan dari pelaku bisnis yang menjadi bawahannya, walaupun ia pasif tidak melakukan apapun...
terdengan unfair memang, dan masih kontroversial...

Namun agama Islam sejak berabad-abad lamanya, melalui tutur indah Kanjeng Nabi saw menggambarkan pola imbalan yang bertingkat seperti itu... yang saya sebut dengan Multi Level Amal Ma'ruf

"Orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan sama pahalanya seperti orang yang melakukannya." (HR. Bukhari).
bahwa penganjur kebaikan akan mendapatkan bonus pahala ketika anjurannya dikerjakan oleh orang yang diberi anjuran...

Ada perbedaan MLM dengan Multi Level Amal Ma'ruf (MLAM) yang diajarkan Kanjeng Nabi saw...

yakni
dalam MLM, imbalan bagi pebisnis pertama di dapat dari pebisnis yang menjadi bawahannya (downline); sedangkan imbalan MLAM murni dari pihak ketiga pemilik segala kebaikan yakni ALLAH...

Dan lebih hebat lagi... bonus untuk MLAM bagi penganjur sama besar dengan bonus dari pelaku kebaikan tanpa mengurangi bonus yang diberikan pelaku kebaikan... suatu kasih sayang ALLAH yang tiada terkira untuk menjadikan hamba-hambaNYA saling menasehati...

Maka apa yang menghalangi kita untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran...
Terima kasih tuk Kanjeng Nabi saw yang menunjukkan keindahan menasehati... :)

Allahumma shalli 'ala sayyidina wamaulana Muhammad wa 'ala ali sayyidina wa maulana Muhammad...


Sekelumit Cerita Habib Jindan bin Novel bin Salim


Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan

Kemampuannya sebagai dai bukan hanya karena dia adalah cucu Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, “Singa Podium” dan pejuang dakwah di Betawi tahun 1906-1969. Tapi juga karena sedari kecil dia memang telah tertempa dalam lingkungan pendidikan yang sarat religius.

Wajah dai yang satu ini tentu sudah banyak dikenal kalangan habaib dan muhibbin yang ada di Indonesia. Usianya masih relatif muda, 31 tahun, namun reputasinya sebagai ulama dan muballig sudah diakui kaum muslimin. Tidak saja di Jakarta, tapi juga di banyak majelis haul dan Maulid yang digelar di berbagai tempat – seperti Gresik, Surabaya, Solo, Pekalongan, Tegal, Semarang, Bandung, Palembang, Pontianak dan Kalimantan. Hampir semua daerah di negeri ini sudah dirambahnya.Kemampuannya sebagai dai bukan hanya karena dia adalah cucu Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, “Singa Podium” dan pejuang dakwah di Betawi tahun 1906-1969. Tapi juga karena sedari kecil dia memang telah tertempa dalam lingkungan pendidikan yang sarat religius.

Wajah ulama muda yang shalih ini tampak bersih. Tutur katanya halus, dengan gaya berceramahnya yang enak didengar dan mengalir penuh untaian kalam salaf serta kata-kata mutiara yang menyejukkan para pendengarnya. Seperti kebanyakan habib, dia pun memelihara jenggot, dibiarkannya terjurai.


Habib Jindan, putra Habib Novel bin Salim bin Jindan Bin Syekh Abubakar, adalah salah seorang ulama yang terkenal di Jakarta. Ia juga dikenal sebagai penerjemah bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang andal. “Ketika dia menerjemahkan taushiyah gurunya, Habib Umar bin Hafidz, makna dan substansinya hampir sama persis dengan bahasa aslinya. Bahkan waktunya pun hampir sama dengan waktu yang digunakan oleh Habib Umar,” tutur Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf di Jakarta.

Berkah Ulama dan Habaib

Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan lahir di Sukabumi, pada hari Rabu 10 Muharram 1398 atau 21 Desember 1977. Sejak kecil ia selalu berada di lingkungan majelis ta’lim, yang sarat dengan pendidikan ilmu-ilmu agama. “Waktu kecil saya sering diajak ke berbagai majelis ta’lim di Jakarta oleh abah saya, Habib Novel bin Salim bin Jindan. Dari situ saya mendapat banyak manfaat, antara lain berkah dari beberapa ulama dan habaib yang termasyhur,” kenang bapak lima anak (empat putra, satu putri) ini kepada alKisah. Ayahandanya memang dikenal sebagai muballigh yang termasyhur. Pengalaman masa kecil itu pula yang mendorongnya selalu memperdalam ilmu agama.

Ketika ia berumur dua tahun, keluarganya tinggal di Pasar Minggu, bersebelahan dengan rumah keluarga Habib Salim bin Toha Al-Haddad. Pada umur lima tahun, ia dititipkan untuk tinggal di rumah Habib Muhammad bin Husein Ba'bud dan putranya, Habib Ali bin Muhammad bin Husein Ba’abud, di Kompleks Pondok Pesantren Darun Nasyi’ien (Lawang, Malang). “Di Lawang, sehari-hari saya tidur di kamar Habib Muhammad Ba’bud. Selama di sana, dibilang mengaji, tidak juga. Namun berkah dari tempat itu selama setahun saya tinggal, masih terasa sampai sekarang,” ujarnya dengan senyum khasnya.

Menginjak umur enam tahun, ia ikut orangtuanya pindah ke Senen Bungur. Ia mengawali belajar di SD Islam Meranti, Kalibaru Timur (Bungur, Jakarta Pusat). Ia juga belajar diniyah pada sebuah madrasah yang diasuh oleh Ustadzah Nur Baiti.

Kemudian dia melanjutkan ke tingkat tsanawiyah di Madrasah Jami’atul Kheir, Jakarta, hingga tingkat aliyah, tapi tidak tamat. Selama di Jami'at Kheir, banyak guru yang mendidiknya, seperti Habib Rizieq Shihab, Habib Ali bin Ahmad Assegaf, K.H. Sabillar Rosyad, K.H. Fachrurazi Ibrahim, Ustadz Syaikhon Al-Gadri, Ustadz Fuad bin Syaikhon Al-Gadri, dan lain-lain.

Sejak muda, sepulang sekolah ia selalu belajar pada habaib dan ulama di Jakarta, seperti di Madrasah Tsaqafah Islamiyah, yang diasuh Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dan putranya, Ustadz Abu Bakar Assegaf. Habib Jindan juga pernah belajar bahasa Arab di Kwitang (Senen, Jakarta Pusat) di tempat Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi, dengan ustadz-ustadz setempat.

Selain itu pada sorenya ia sering mengikuti rauhah yang digelar oleh Majelis Ta’lim Habib Muhammad Al-Habsyi. Di majelis itu, banyak habib dan ulama yang menyampaikan pelajaran-pelajaran agama, seperti Habib Abdullah Syami’ Alattas, Habib Muhammad Al-Habsyi, Ustadz Hadi Assegaf, Habib Muhammad Mulachela, Ustadz Hadi Jawwas, dan lain-lain.

Beruntung, karena sering berada di lingkungan Kwitang, ia banyak berjumpa para ulama dari mancanegara, seperti Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Habib Ja’far Al-Mukhdor, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, dan masih banyak lainnya.

Pada setiap Ahad pagi, ia hadir di Kwitang bersama abahnya, Habib Novel, yang juga selalu didaulat berceramah. Sekitar 1993, ia bertemu pertama kali dengan Habib Umar Hafidz di Majlis Ta’lim Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang) saat pengajian Ahad pagi. Pertemuan kedua terjadi saat Habib Umar bin Salim Al-Hafidz berkunjung ke Jami’at Kheir. Saat itu yang mengantar rombongan Habib Umar adalah Habib Umar Mulachela dan Ustadz Hadi Assegaf.

Uniknya, satu-satunya kelas yang dimasuki Habib Umar adalah kelasnya, padahal di Jami’at Kheir saat itu ada belasan kelas. Begitu masuk kelas, Ustadz Hadi Assegaf dari depan kelas memperkenalkannya dengan Habib Umar bin Salim Al-Hafidz. Saat itu, Ustadz Hadi menunjuknya sambil mengatakan kepada Habib Umar bahwa dirinya juga bermarga Bin Syekh Abu Bakar bin Salim, sama klannya dengan Habib Umar bin Salim Al-Hafidz.

Saat itulah Habib Umar tersenyum sambil memandang Habib Jindan. Itulah perkenalan pertama Habib Jindan dengan Habib Umar Al-Hafidz di ruang kelasnya, yang masih terkenang sampai sekarang.

Sejak saat itu hatinya tergerak untuk belajar ke Hadhramaut. Pernah suatu ketika ia akan berangkat ke Hadhramaut, tapi sayang sang pembawa, Habib Bagir bin Muhammad bin Salim Alattas (Kebon Nanas), meninggal. Pernah juga ia akan berangkat dengan salah satu saudaranya, tapi saudaranya itu sakit. Hingga akhirnya tiba-tiba Habib Abdul Qadir Al-Haddad (Al-Hawi, Condet) datang ke rumahnya mengabarkan bahwa Habib Umar bin Hafidz menerimanya sebagai santri.

Sumber Inspirasi

Lalu ia berangkat bersama rombongan pertama dari Indonesia yang jumlahnya 30 orang santri. Di antaranya Habib Munzir bin Fuad Al-Musawwa, Habib Qureisy Baharun, Habib Shodiq bin Hasan Baharun, Habib Abdullah bin Hasan Al-Haddad, Habib Jafar bin Bagir Alattas, dan lain-lain. Ia kemudian belajar agama kepada Habib Umar bin Hafidz di Tarim, Hadhramaut. “Ketika itu Habib Umar belum mendirikan Pesantren Darul Musthafa. Yang ada hanya Ribath Tarim. Kami tinggal di rumah Habib Umar,” tuturnya.

Baru dua minggu di Hadhramaut, pecah perang saudara di Yaman. Memang, situasi perang tidak terasa di lingkungan pondok. Ada perang atau tidak, Habib Umar tetap mengajar murid-muridnya. Namun dampak perang saudara ini dirasakan seluruh penduduk Yaman. Listrik mati, gas minim, bahan makanan langka. “Terpaksa kami masak dengan kayu bakar,” katanya.

Baginya, Habib Umar bin Hafidz bukan sekadar guru, tapi juga sumber inspirasi. “Saya sangat mengagumi semangatnya dalam berdakwah dan mengajar. Dalam situasi apa pun, beliau selalu menekankan pentingnya berdakwah dan mengajar. Bahkan dalam situasi perang pun, tetap mengajar. Beliau memang tak kenal lelah.”

Saat itu Darul Musthafa belum mantap seperti sekarang, situasinya serba terbatas. Walaupun begitu, sangat mengesankan baginya. Dahulu para santri tinggal di sebuah kontrakan yang sederhana di belakang kediaman Habib Umar. Sedangkan pelajaran ta’lim, selain diasuh sendiri oleh Habib Umar, para santri juga belajar di berbagai majelis ta’lim yang biasa digelar di Tarim, seperti di Rubath Tarim, Baitul Faqih, Madrasah Syeikh Ali, mengaji kitab Bukhari di Masjid Ba'alwi, ta’lim di Zawiyah Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Al-Hawi, Hadhramaut), belajar kitab Ihya di Zanbal di Gubah Habib Abdullah bin Abubakar Alaydrus, Zawiyah Mufti Tarim, diasuh Syaikh Fadhal bin Abdurrahman Bafadhal, dan lain-lain.

Selama mengaji dengan Habib Umar, ia sangat terkesan. “Beliau dalam mengajar tidak pernah marah. Saya tidak pernah mendengar beliau mengomel atau memaki-maki kami. Kalau ada yang salah, ditegurnya baik-baik dan dikasih tahu. Selain itu, Habib Umar juga terkenal sangat istiqamah dalam hal apa pun.”

Habib Jindan mengaku sangat beruntung bisa belajar dengan seorang alim dan orator ulung seperti Habib Umar. Memang Habib Umar mendidik santri-santrinya bisa berdakwah. Para santri mendapat pendidikan khusus untuk memberikan taushiyah dalam bahasa Arab tiap sehabis shalat Subuh, masing-masing dua orang, walaupun hanya sekitar lima sampai sepuluh menit. Latihan kultum itu juga menjadi ajang saling memberikan masukan antarsantri.

Setelah satu tahun menjadi santri, ada program dakwah tiga hari sampai seminggu bagi yang mau dakwah berkeliling. Bahkan dirinya sudah mengajar untuk santri-santri senior pada akhir-akhir masa pendidikan.

Setelah selama kurang lebih empat tahun, tahun 1998, ia pulang ke Indonsia bersama rombongan Habib Umar yang mengantar sekaligus santri-santri asal Indoensia dan berkunjung ke rumah beberapa muridnya. Angkatan pertama ini hampir seluruhnya dari Indonesia, hanya dua-tiga orang yang santri setempat. Untuk itulah, ia pulang seminggu terlebih dahulu, untuk mempersiapkan acara dan program kunjungan Habib Umar di Indonesia.

Saat pertama kali pulang, ia, oleh sang abah, diperintahkan untuk berziarah ke para habib sepuh yang ada di Jakarta, Bogor, dan sekitarnya. Ayahandanya, Habib Novel, Habib Hadi bin Ahmad Assegaf, dan Habib Anis Al-Habsyi mendorongnya untuk berdakwah.

Masukan, didikan, dan motivasi sang abah ia rasakan hingga sekarang. “Ikhlaslah dalam berdakwah. Apa yang keluar dari hati akan sampai ke hati,” kata Habib Jindan menirukan abahnya. Habib Novel (alm.) memang dikenal sebagai orator ulung sebagaimana abahnya, Habib Salim bin Jindan. Wajarlah bila Habib Novel ingin putra-putranya menjadi dai-dai yang tangguh.

“Kalau ceramah, jangan terlalu panjang. Selagi orang sedang asyik, kamu berhenti. Jangan kalau orang sudah bosan, baru berhenti, nanti banyak audiens kapok mendengarnya. Lihat situasi dan keadaannya, sesuaikan dengan materi ceramahnya dan waktu ceramahnya. Lihat, kalau di situ ada beberapa penceramah, kamu harus batasi waktu berceramah dan bagi-bagi waktunya dengan yang lain.” Sampai masalah akhlaq dan sopan santun, semua orang diajarkan. (alkisah)


Fatwa Ulama Betawi Habib Salim bin Ahmad bin Jindan Tentang Aliran Syiah


Ratapan 10 Muharram - Fatwa Habib Salim



Lantaran Revolusi Syiah Iran yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait.



Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya judul “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:



• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.



• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.



• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadis daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.



• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”



Janganlah tertipu dengan dakyah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.


SIAPA ITU ALAWIYYIN ??????


ALAWIYYIN

Alawiyyin atau Bani Alawi atau Ba’alawi atau Al Abi Alawi adalah orang-orang yang bernasab kepada Rasulullah saw. Mereka itu adalah keturunan Rasulullah saw atau Dhurriyyaturrasul yang nasabnya melalui Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uroidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Bagir bin Ali Zainal Abidin bin Husin putra Imam Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah binti Rasulullah saw. Disamping Alawiyyin masih ada lagi keturunan Rasulullah saw yang lain, yaitu mereka yang bernasab kepada Sayyidina Husin putra Imam Ali dan Siti Fatimah, tapi nasabnya tidak melalui jalur Habib Alwi bin Ubaidillah. Mereka itu tidak disebut Alawiyyin sebab nasabnya tidak melalui jalur Habib Alwi. Selain keturunan Sayyidina Husin, keturunan Sayyidina Hasan juga disebut sebagai Dhurriyyaturrasul atau keturunan Rasulullah saw. Mereka di kenal dengan sebutan Syarif atau Asy’rof. Sedang keturunan Sayyidina Husin dikenal dengan sebutan Sayyid. Sekarang di Indonesia, keturunan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin tersebut sering dipanggil dengan sebutan Habib. Diantara keistimewaan nasab Alawiyyin adalah bahwa silsilah nasab mereka tercatat rapi. Mereka mempunyai satu badan yang bernama “Almaktab Ad Daimi” yang khusus mencatat Ansaabul Alawiyyin dimanapun mereka berada. Karenanya bila ada orang yang bukan dari Alawiyyin mengaku sebagai seorang Alawi, pasti akan ketahuan. Sebab namanya dan nama embah-embahnya akan dicocokkan dengan buku induk Ansaabul Alawiyyin yang ada di Maktab Addaimi. Adapun Aqidah Alawiyyin, maka sejak dahulu sampai sekarang aqidah yang diikuti adalah Aqidah Ahlussunnah Waljamaah. Satu aqidah yang berpegang kepada apa-apa yang dikerjakan oleh Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya. Mereka menerima aqidah Ahlussunnah tersebut secara sambung menyambung sampai kedatuk mereka baginda Rasulullah saw. Dalam hal ini Alhabib Idrus bin Umar Al Habsyi dalam kitabnya “Iqdul Yawaqit Aljauhariyah” menerangkan bahwa Alawiyyin yang ada di Hadramaut seluruhnya Ahlulsunnah Waljamaah, Syafi’I dan Asy’ari. Mereka mempunyai dasar ilmu pengetahuan yang sama dan tidak ada yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Sehingga merupakan mata rantai yang bila digerakkan yang satu akan bergerak pula yang lain, dikarenakan mereka bersumber dari datuk mereka Ali bin Abi Tholib yang dibawa oleh Ali Zainal Abidin dan diteruskan oleh Alfaqih Almugoddam Rodiallohu Anhum. Begitu pula seorang ulama besar Hadramaut yang sangat terkenal yaitu Alhabib Abdullah Alhadad, dalam kitabnya Tasbitul Fuaad menerangkan: bahwa Alawiyyin yang ada di Hadramaut semuanya beraqidah Ahlussunnah Waljamaah. Selanjutnya Habib Abdullah mengatakan bahwa Ahlussunnah Waljamaah adalah Alfirqoh Annajiah (golongan yang selamat dan akan masuk surga) (Annashoih Addiniyyah). Disamping keterangan Habib Idrus dan Habib Abdullah Alhaddad diatas, Alhabib Ahmad bin Hasan Al-attas dalan kitab “Tathkirunnas“ menerangkan bahwa Alawiyyin adalah pengikut dan yang menjalankan dengan benar-benar Aqidah Ahlussunnah Waljamaah. Apabila di Indonesia sekarang ada beberapa orang dari Alawiyyin yang terjerumus masuk Syiah, maka mereka itu berdasarkan keyakinan dalam Aqidahnya yang menganggap golongan Ahlussunnah kafir dan menganggap pernikahan yang dilakukan secara Ahlussunnah itu tidak sah, maka mereka itu berarti telah menolak nikmat yang tidak ternilai sebagai seorang Alawi Dhurriyaturrasul dan mereka berarti telah mengeluarkan dirinya dari Allawiyin. Karenanya untuk menjaga kesucian nasab Allawiyin, maka apabila ada dari Allawiyin yang masuk Syiah meminang putri seorang Alawi selalu ditolak. Sehingga sekarang dikalangan Allawiyin bila ada seorang Alawi meminang putri seorang Alawi maka yang menjadi syarat pertama adalah pelamar tidak Syiah dan jika dia Syiah langsung ditolak. Itulah sebabnya mengapa mereka sering menyamar sebagai seorang Sunni bila sedang melamar. Dalam hal ini yayasan AlBayyinat sering dimintai keterangan mengenai orang-orang Allawiyin yang masuk Syiah. Sebab AlBayyinat memang mempunyai daftar nama-nama Allawiyin yang terjerumus masuk Syiah.


SHOLAWAT Nariyah


أللّهُمَّ صَلِّي صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.




*SHOLAWAT Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.

Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu.

Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.

Jadi nabi berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan doa umat yang bersholawat kepadanya. Inilah salah satu rahasia doa/sholawat yang tidak banyak orang tahu sehingga banyak yang bertanya kenapa nabi malah didoakan umatnya? untuk itulah jika kita berdoa kepada Allah jangan lupa terlebih dahulu bersholawat kepada Nabi SAW karena doa kita akan lebih terkabul daripada tidak berwasilah melalui bersholawat.

Inilah riwayat singkat sholawat nariyah. Hingga kini banyak orang yang mengamalkan sholawat ini, tak lain karena meniru yang dilakukan syekh nariyah. Dan ada baiknya sholawat ini dibaca 4444 kali karena syekh nariyah memperoleh karomah setelah membaca 4444 kali. Jadi jumlah amalan itu tak lebih dari itba’ (mengikuti) ajaran syekh.

Membaca shalawat nariyah adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, di samping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “thibbil qulub”, ada shalawat “tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cinta kepada Rasulullah SAW sekaligus beribadah.

Salah satu hadits yang sangat populer yang membuat rajin kita membaca shalawat ialah bahwa Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat populer ialah “shalawat badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan bisa melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara di mana dan kapan saja shalawat badar selalu dilantunkan bersama-sama.

Nah shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Dalam kitab Khozinatul Asror (hlm. 179) dijelaskan, “Salah satu shalawat yang mustajab ialah Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat (bi idznillah).”

“Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam diyakini sebagai kunci gudang yang mumpuni:. .. Dan imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (Fardhu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rizekinya tidak akan putus, di samping mendapatkan pangkat kedudukan dan tingkatan orang kaya.”

Hadits riwayat Ibnu Mundah dari Jabir mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku sehari 100 kali (dalam riwayat lain): Siapa membaca shalawal kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia… Dan hadits Rasulullah yang mengatakan; Perbanyaklah shahawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah yang dikutib juga dalam Khozinatul Asror.

Diriwayatkan juga Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits, beliau bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal­amal kalian disampaikan kepadaku, jika saya tahu amal itu baik, aku memujii Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. Hadits riwayat al-Hafizh Ismail al­Qadhi, dalam bab Shalawat ‘ala an-Nary. Imam Haitami menyebutkan dalam kitab Majma’ az-Zawaid, ia menganggap shahih hadits di atas.

Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa untuk umatnya pasti bermanfaat. Ada lagi hadits lain: Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa mennjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih).


Pengikut

Video Streaming

 

ramamuare Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha