Senin, 28 November 2011

Bahasa Indonesia Sebagai Alat Komunikasi


Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, itu yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini. Pembahasan saya awali dengan pengertian bahasa. Bahasa adalah cara atau alat komunikasi antara yang satu dengan lainnya, namun bukan hanya manusia. Hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya pun berkomunikasi dan berinteraksi dengan perantara alat yang disebut bahasa. Hanya saja, manusia tidak mengerti bahasa hewan dan makhluk lainnya. Itu menurut saya pribadi, sedangkan pengertian bahasa menurut beberapa ahli bahasa yang saya ambil di internet sebagai berikut :

- Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
- Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
- Menurut Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Jika dipadukan intinya sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama manusia. Bahasa bukan hanya melalui lisan, namun juga dapat disampaikan melalui alat. Misal : adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran, alarm untuk tanda segera berkumpul, bedug untuk tanda segera melakukan sholat, suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya, simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet dan masih banyak contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang bisa diambil.

Bahasa secara lisan itu sendiri beraneka ragam, karena setiap Negara punya bahasa masing- masing yang disesuaikan dengan ras, suku, letak geografis Negara dan lain -lain. Misal saya ambil contoh bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara menggunakan bahasa yang hampir sama, yaitu bahasa melayu. Namun masing-masing berbeda versinya pada tiap Negara. Begitu juga dengan negara-negara timur tengah yang hampir seluruh negaranya menggunakan bahasa Arab. Di Indonesia sendiri lebih kompleks lagi. Pada tiap suku dan daerah memiliki bahasa tersendiri. Di Pulau Jawa saja terdapat banyak bahasa, seperti bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa betawi dan sebagainya. Belum lagi di pulau-pulai lainnya.

Pada awalnya bahasa melayu menyebar ke pelosok Indonesia bersamaan dengan menyebarnya agama islam di Indonesia. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Nah oleh sebab itu para pemuda dalam sebuah perkumpulan menyatukan bahasa kita menjadi bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa melayu sebagai alat komunikasi sebagaimana terdapat dalam sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 yang dirumuskan oleh Moehammad Yamin, yang salah satunya berbunyi : “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.


Sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung di seluruh kawasan tanah air kita yang sudah terjadi berabad-abad sebelumnya. Kondisi ini memungkinkan masyarakat sama sekali tidak merasa bahasa daerahnya tersaingi. Mereka harus sadar bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat komunikasi antar suku. Karena setiap daerah dan suku punya bahasa daerah tersendiri. Itulah salah satu fungsi dari disatukannya bahasa menjadi bahasa Indonesia. Namun tidak mengurangi fungsi bahasa daerah itu sendiri. Bahasa daerah tetap dapat dipergunakan dalam kondisi dan situasi kedaerahan dan tetap berkembang.

Jika tidak disatukan menjadi satu bahasa, pastinya akan kacau balau masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi antara satu dan lainnya. Contohnya saja pasti anda tahu iklan salah satu produk susu kental manis di televisi yang memainkan bahasa-bahasa yang terdapat di Indonesia menjadi seakan salah pengertian dan dibuat lucu. Salah satu dialog dari iklan tersebut yang saya ingat :
- Anak berbahasa sunda : “ini teh susu !!”
(maksudnya dalam bahasa Indonesia : “ini adalah susu !!“)
- Anak berbahasa lainnya : “bukan itu susu saja ..”
- Anak berbahasa sunda : “ini teh susu !!” (sambil meyakinkan anak
yang satu)
Setelah berdebat panjang akhirnya yang satu bertanya
- Anak berbahasa lainnya : “mana teh nya ??,”
Anak berbahasa sunda pun bingung sambil menggaruk kepala, lalu si ibu muncul untuk meredakan dua anak itu.
- Ibu : “iya ini teh susu”,
dan si ibu pun menjelaskan kepada anak yang tidak mengerti bahasa sunda bahwa yang dimaksud oleh anaknya itu “ini adalah susu”, lalu si anak itupun tersenyum malu dan diberi susu oleh sang ibu.

Secara tidak langsung, dialog pada iklan tersebut menggambarkan pentingnya bahasa yang harus disatukan dalam suatu bangsa. Agar tidak terjadi kesalahpahaman seperti contoh dialog iklan diatas yang pasti membuat anda tertawa bila mengingat adegannya.

Dari salah satu sumber di internet “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975, dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia antara lain mempunyai fungsi sebagai :
- Lambang kebanggaan nasional.
- Lambang identitas nasional.
- Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang sosial budaya dan bahasanya.
- Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Umumnya bahasa berfungsi sebagai alat untuk berekspresi, komunikasi,integrasi dan adaptasi sosial, serta alat kontrol sosial. Intinya fungsi dari bahasa seperti judul makalah ini, yaitu “Bahasa Sebagai Alat Komunikasi”.


Kemacetan Jakarta


Macet, mungkin itulah kata-kata atau pikiran yang selalu keluar ketika sebagian orang mendengar kata Jakarta. Memang tidak salah dan tidak dapat dipungkiri, itulah realita yang terjadi di sebagian besar pelosok jalan ibukota negara kepulauan terbesar ini. Hampir setiap hari Jakarta penuh sesak dengan berbagai jenis kendaraan, mulai dari kendaraan roda dua sampai roda empat umumnya terjadi pada hari-hari kerja. Jalan macet bahkan sudah menjadi sangat biasa bagi warga Jakarta dan pemerintah kota Jakarta, yang sangat minim dan terkesan hanya formalitas saja dalam upaya mebenahi kemacetan Jakarta atau bisa jadi pemerintah sudah kepayahan mengatasinya.




Gambar diatas menunjukkan betapa kacau dan parahnya kemacetan di Jakarta yang terjadi pada pagi hari, ketika orang-orang Jakarta berangkat kerja. Ada banyak faktor penyebab kemacetan di Jakarta. Secara umum disebabkan oleh melejitnya tingkat pertumbuhan kendaraan tiap tahun, terutama motor dan mobil yang jauh melebihi pertambahan ruas jalan. Mungkin karena sekarang masyarakat dapat dengan mudahnya memperoleh kendaraan baru dengan sistem kredit yang hanya dengan bermodalkan fotokopi KTP, fotokopi KK, fotokopi slip gaji dan fotokopi tagihan rekening listrik, maka kendaraan baru sudah berada dalam genggaman. Bahkan menurut kabar yang saya peroleh dari media dalam sebuah dialog publik mengenai Rencana Penerapan ERP di Kota Jakarta, Rabu (23/3/2011), Hasbi mengatakan "Rasio jumlah kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum adalah 98% berbanding 2%. Jumlah kendaraan pribadi tersebut mengangkut 49,7% perpindahan manusia per hari sedangkan kendaraan umum mengangkut sekitar 50,3% perpindahan manusia per hari,",.

Kondisi ini diperparah dengan adanya sekitar 600 ribu unit kendaraan yang mengangkut kurang lebih 1,2 juta orang dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi menuju Jakarta. Jumlah ini tentunya terus bertambah.

Penyebab kemacetan Jakarta bukan hanya itu saja, masih banyak penyebab lainnya yang nanti akan saya bahas satu persatu. Bahkan seorang musisi legendaris Indonesia dari tanah Jakarta yaitu Alm. Benyamin. S telah menuliskan dalam salah satu lagunya yang berjudul “Kucing Kurap” yang memang di tujukan untuk menyindir kemacetan Jakarta, beliau mengatakan “percuma itu jalanan dilebarin 700 meter pasti macet lagi kalo masing-masing gak tau diri”. Padahal dimasa lagu itu sekitar tahun 1970an kemacetan dan kepadatan jalan ibukota karena kendaraan belum sebanyak saat ini.

Dari berita – berita yang saya dapat Polda Metro Jaya mencatat ada sekitar 747 titik kemacetan di Ibu Kota. Titik-titik tersebut tersebar dilima wilayah DKI Jakarta. Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Royke Lumowa mengatakan, 747 titik macet itu disebabkan beberapa masalah, dari mulai bottle neck, pintu pusat perbelanjaan, perempatan, dan lampu merah. "Semuanya menjadi titik-titik kemacetan," katanya di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (5/8/2011).

Saya akan coba memaparkan hal – hal yang menyebabkan kemacetan Jakarta. Kemacetan tidak terjadi karena satu sebab, melainkan banyak hal yang berkait satu sama lainnya yang menjadi pemicu kemacetan Jakarta.

Yang pertama pastinya sistem pelayanan transportasi umum sangat jauh dari kata baik. Angkutan umum yang ada pada saat ini, seperti bus dan angkot(mikrolet) sangat tidak nyaman, mulai dari kualitas kendaraan yang buruk sampai pelayanan supir dan kondektur yang juga buruk. Ulah supir angkutan – angkutan umum juga sangat seenakanya, seperti berhenti di pinggir jalan semaunya untuk menurunkan atau menunggu penumpang datang atau istilahnya yang sering disebut oleh masyarakat dengan “ngetem”.

Kita tidak bisa menyalahkan hanya dari pihak angkutan umumnya saja, tapi juga sistem transportasi yang lebih berkembang dengan kendaraan berkapasitas kecil, angkot tapi bukan bus. Rutenya pun tidak dievaluasi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Mungkin pemerintah mulai coba memperbaiki dengan adanya transjakarta atau yang lebih dikenal dengan busway. Dari pandangan saya itu belum menyelesaikan masalah, karena busway memerlukan jalur sendiri yang otomatis mengambil sebagian jalan umum sehingga semakin sempit dan malah mengakibatkan semakin memadatnya kendaraan di jalur ibukota yang semakin sempit. Itu dikarenakan rute – rute jalan yang sudah terdapat koridor busway, tidak diimbangi dengan penghentian aktivitas angkutan umum kapasitas besar lainnya seperti bus umum (metromini, kopaja dan lainnya) yang satu rute dengan koridor busway yang mengakibatkan bukan berkurang kemacetan, tapi semakin padat jumlah kendaraan. Menurut saya itu berlebih dan mubazir, karena ada busway dan bus-bus umum lainnya yang beroperasi dalam satu rute, seharusnya ada yang datang, ada juga yang pergi dan itu hukum alam, sehingga tidak terjadi penumpukan angkutan umum kapasitas besar dalam satu rute.

Mungkin pemerintah seharusnya mencari solusi transportasi umu yang tidak memakan jalan umum, seperti monorail yang sempat dibangun tapi ditengah jalan diberhentikan pembangunannya. Buruknya sistem transportasi dan perilaku angkutan umum itulah yang menyebabkan kemacetan secara langsung dan secara tidak langsung meningkatkan kecenderungan sebagian besar maasyarakat untuk menggunakan mobil pribadi dan motor sebagai alat transportasi mereka sehari –hari yang didukung oleh perilaku masyarakat itu sendiri yang mengedepankan gengsi. Sehingga jumlah kendaraan pribadi akan terus mendominasi jalan – jalan ibukota yang mengakibatkan kemacetan.

Kemudian penyebab berikutnya adalah arus perpindahan atau urbanisasi yang setiap tahun semakin bertambah. Karena Jakarta adalah ibukota dan anggapan bahwa Jakarta adalah kota yang dapat mencari uang dengan mudah. Semakin bertambahnya penduduk akan meningkatkan mobilitas masyarakat yang membutuhkan alat transportasi, lapangan pekerjaan serta tempat untuk tinggal dan usaha yang cenderung menggunakan fasilitas umum seperti trotoar dan badan jalan, bahkan sebagian dari mereka ada yang mendirikan mendirikan tempat tinggal dibantaran kali sampai kolong jembatan. Mereka banyak yang mendirikan tempat – tempat usaha di jalan umum, seperti warung kelontong, warung makan, dagangan kaki lima, tempat tambal ban dan masi banyak contoh lainnya, sehingga jalan umum pun kian menyempit. Pemda DKI pun nampaknya ksudah kewalahan menghadapi persoalan ini. Memang Pemda kadang menertibkan tempat-tempat usaha di jalan umum, namun seakan tidak jera setelah ditertibkan mereka kembali lagi membuka usaha di jalan umum.

Sebenarnya masih banyak lagi penyebab kemacetan Jakarta, namun dengan segala keterbatasan, hanya ini yang dapat saya paparkan. Mengenai solusinya pasti ada, asal ada kemauan dari pihak Pemda DKI dan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai upaya mengurangi kemacetan di Ibukota Negara yang kita cintai ini.


Pengikut

Video Streaming

 

ramamuare Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha